Saat mentari mulai menunjukan sinarnya yang keemasan di
ujung barat, sekilas senyuman terlintas dibenakku, akupun tersenyum kembali
saat aku melihat senyum itu. Aku hafal betul lekukan indah itu, senyuman yang menawan
dari seorang yang telah membuai hatiku. Lalu, keriuhanpun datang dan membuyarkan
lamunanku. Sosok senyuman itu datang dalam kehidupan nyataku. Dan semua
pertanyaan itupun kembali melekat pada diriku.
Tapi aku tak pernah tau pasti bahwa dia ada untukku, apakah
dia yang menjadi bintang penuntunku menuju mars? Apakah dia jalan yang
mengantarkanku pada mata air? Apakah ia arah yang harus kulalui saat gelombang
membawaku??? Apakah itu kamu?
Pertanyaan- pertanyaan itu selalu memenuhi otakku, tipa
detik berotasi dalam otakku, tiap menit jantung mengalirkan semua karaguan ini
pada seluruh tubuhku, setiap jam nadiku berdenyut menunggu kepastian arti
senyummu, tanpa aku tahu jawaban akan semua itu.
Salahkah aku jika aku tetap menjaga perasaanku? Salahkah aku
jika aku tetap menunggumu saat bulan telah
mengajakku pulang? Salahkah aku jika aku
membiarkan akar- akar ini beusaha menumbuhkan bunga- bunga ini dihatimu? Salahkan
saat aku ingin memiliki semua senyummu? Salahkah aku jika aku mencintaimu?